Tag Archive | Dinamika Kelompok Perempuan

Dinamika Kelompok Perempuan

Senin, 15 Juli 2019 saya berkesempatan untuk menemui dua orang ketua kelompok ekonomi perempuan. Saya sengaja menemui dua orang ketua kelompok ini dalam rangka melakukan Training Need Assessment (TNA) atau kaji kebutuhan terkait dengan hal – hal apa saja yang dibutuhkan dua kelompok ekonomi perempuan ini. TNA yang saya lakukan bertujuan untuk proses penyusunan modul Sekolah Kewirausahaan Perempuan yang saat ini sedang di susun tim YSKK. Kebutuhan dari Kelompok Perempuan terutama terkait dengan upaya agar kelompok perempuan ini berkembang lebih baik dan memberikan manfaat lebih bagi anggotanya.

Dua orang ketua kelompok yang saya temui adalah Ibu Ratmi Ketua Kelompok Desa Prima Melati Desa Sambirejo dan Ketua Koperasi Perempuan Mitra Usaha Perempuan (MUP) Desa Kampung. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah kedua kelompok ini memiliki basis anggota perempuan dan sama – sama mendorong aktivitas produksi bagi perempuan. Sedangkan perbedaannya adalah Kopwan MUP sudah berbadan hukum Koperasi, Kelompok Desa Prima Belum berbadan hukum, Kopwan MUP sudah memiliki aset/kekayaan sekitar 90juta dan memiliki 100 anggota, sedangkan Kelompok Desa Prima Melati belum memiliki aset dan baru memiliki 20 anggota. Karena Memang Kopwan MUP sudah terbentuk sejak tahun 2012, sedangkan kelompok desa prima melati baru terbentuk tahun 2017.

Didalam perjalanan kelompoknya pun memiliki berbagai persoalan yang dihadapi, diantara persoalan yang dihadapi kelompok ada beberapa persoalan yang hampir sama terjadi di dua kelompok tersebut diantaranya :

  1. Pengurus mengalami kesulitan untuk memotivasi anggota agar mau menjalankan dan mengembangkan usaha karena dari seluruh anggota Kelompok desa prima maupun kopwan KPM tidak lebih dari 50% yang menjalankan usaha. Padalah kelompok dan kopwan ini terbentuk memiliki cita – cita agar semua perempuan (anggota) memiliki usaha.
  2. Kopwan MUP kesulitan untuk mengkoordinasikan anggotanya dalam pertemuan rutin bulanan anggota koperasi. Padalah dalam pertemuan tersebut selain kegiatan angsuran pinjaman juga ada kegiatan pendidikan perkoperasian yang diselenggarakan pengurus/pengelola kopwan.
  3. Kelompok Desa Prima Melati kesulitan mengkoordinasikan produk anggota, Hampir semua anggota memiliki produk yang sama, sehingga akan membuat gaduh ketika akan pameran/ basar/ ada pesanan. Padahal sudah disepakati sejak awal bahwa satu produk hanya bisa diproduksi maksimal 2 orang saja. Dan Kelompok akan membantu pemasaranannya untuk semua produk.
  4. Kelompok Desa Prima Melati masih belum menyusun aturan – aturan terkait dengan kelompok. Karena seringkali waktu untuk koordinasi sudah terlalu penuh dengan diskusi dan praktek olahan makanan.

Dari persoalan – persoalan yang dihadapi kelompok perempuan tersebut, ada satu persoalan yang dirasakan sama yaitu Tidak adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah desa setempat terkait dengan perkembangan kelompok (baik di Kopwan maupun di Kelompok Desa Prima). Dukungan baik materi maupun teknis pendampingan tidak diberikan. Bahkan Pemerintah Desa Cenderung untuk membentuk atau membangun kelompok baru lagi, ketimbang mengembangkan kelompok lama. Padahal kelompok lama yang sudah terbentuk masih menyisakan persoalan – persoalan internal dan masih butuh dukungan para pihak (khususnya pemerintah desa) dalam pengembangan kelompoknya.

Hasil ngobrol terkait dengan dinamika yang dihadapi Koperasi Perempuan maupun Kelompok Desa Prima Tersebut sedikit banyak saya mendapatkan input terkait dengan kebutuhan mereka dalam mengembangkan kelompok. Ada hal – hal yang bisa dijawab dengan hanya berteori namun banyak juga yang harus dijawab dengan praktek langsung. Hasil ngobrol ini yang kemudian akan menjadi tambahan informasi bagi tim penyusun modul kewirausahaan perempuan.

Dalam membentuk suatu kelompok hendaknya sudah memikirkan keberlanjutan bagi kelompok tersebut. Perlu skema dan tahapan yang jelas untuk menjamin bahwa kelompok yang dibentuk kemudian mampu mandiri, dan bermanfaat khususnya bagi anggotanya. Persoalan internal di kelompok tidak bisa dihindari, namun dengan tahapan yang jelas dan terarah tentunya akan menjadikan kelompok – kelompok tersebut menjadi bermanfaat.